Jumat, 12 Juli 2013

PROPRIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR FASILITATION (PNF)

Dikembangkan pertama kali oleh dr. Herman Kabat(neurology/psikolog) dari Amerika Serikat pada tahun 1950-an yangkemudian dikembangkan oleh Margaret Knott (fisioterapis) danDorothy Voss (okupasi terapis) hingga tahun 1970-an. Pada awalnyaPNF lebih ditekankan pada berbagai kasus muskuloskeletal. Tetapikemudian dikembangkan juga untuk kasus-kasus neurology termasukhemiplegia (stroke)Prinsip umumnya adalah dengan pemberianstimulasi tertentu untuk membangkitkan kembali mekanisme yanglatent dan cadangan-cadangannya maka akan dicapai suatu gerakfungsional yang normal dan terkoordinasi.Prinsip-prinsip yangmendasari adalah:Proses tumbuh kembangPrinsip-prinsip neurofisiologisIlmu gerak (biomekanika).
Tujuan PNF
1.      Menimbulkan, menaikkan, memperbaiki tonus postural
2.      Memperbaiki koordinasi gerak
3.      Mengajarkan pola gerak yang benar
Beberapa dasar teori neurofisiologis yang masih sering dijadikan acuan, misalnya:
Ø Perbaikan dimulai dari proksimal ke distal (Souza et al, 1980)
Ø Stabilitas dan kontrol dari shoulder diperlukan lebih dahulusebelum gerakan tangan
Ø Spastisitas harus diinhibisi sebelum gerak aktif ekstremitas(Bobath, 1990)
Ø Perbaikan ekstremitas atas menganut pola tertentu: proksimalke distal, perbaikan gerak fleksi diikuti gerak ekstensi, gerak sinergisfleksor, ekstensor diikuti gerak fungsional.
Metode gerakan kompleks juga dikenal dengan istilah PNF, “Proprioceptive Neuromuscular Facilitation”. PNF berarti bahwa peningkatan dan fasilitasi neuromuscular dengan sendirinya, sehingga memerlukan blocking yang berlawanan. Dalam proses ini, reaksi mekanisme neuromuscular dimanfaatkan, difasilitasi, dan dipercepat melalui stimulasi reseptor-reseptor. Penggunaan gerakan kompleks berdasarkan pada prinsip-prinsip stimulasi organ neuromuscular dengan bantuan tambahan dari seluruh gerakan. Reseptor-reseptor dalam otot dan sendi merupakan elemen penting dalam stimulasi sistem motorik.

PRINSIP-PRINSIP DASAR TEKNIK PNF
Berikut ini adalah prinsip-prinsip dasar yang dapat meningkatkan reaksi yang diinginkan dan digunakan untuk mencapai fungsi yang optimal.
1.      Teknik Menggenggam
Secara tepat dapat dihitung dan diaplikasikan teknik menggenggam dari terapis untuk menentukan strength (kekuatan) gerakan kompleks yang dihasilkan. Stimulasi verbal dan visual Secara sederhana, instruksi yang jelas dapat mengurangi kerja terapis. Pasien harus melihat dan berpartisipasi melakukan gerakan yang dicontohkan terapis.
2.      Stimulai Verbal dan Visual
Secara sederhana, intruksi yang jelas dapat mengurangi kerja therapist. Pasien harus melihat dan harus berpartisipasi melakukan gerakan yang dicontohkan therapist.
3.      Kompresi dan Traksi
Kompresi menyebabkan permukaan sendi saling merapat, traksi dapat menggerakkan permukaan sendi saling menjauhi. Reseptor-reseptor akan terangsang. Traksi dapat memfasilitasi gerakan pada sistem otot ; kompresi dapat meningkatkan stabilitas.
4.      Tahanan maksimal
Hukum “all or nothing” dalam kontraksi otot terlibat dalam teknik ini. Tahanan isometrik dan/atau isotonik dapat digunakan dalam teknik ini. Tahanan yang maksimal ditentukan oleh strength (kekuatan) otot dari setiap pasien.
5.      Rangkaian Aksi Otot yang tepat
Ketika otot berkontraksi dalam suatu rangkaian yang tepat, maka group otot yang tegang akan mengatasi tuntutan yang terjadi dengan optimal efektifitas. Waktu yang tepat dapat berperan penting baik pada gerakan kompleks maupun pada olahraga.
Ada 3 komponen gerakan yang mengambil bagian dari setiap pola gerak spiral dan diagonal :
a.       Fleksi atau ekstensi
b.      Adduksi atau abduksi
c.       Eksternal atau internal rotasi
Eksternal rotasi digunakan dalam kombinasi dengan supinasi, dan internal rotasi digunakan kombinasi dengan pronasi. Variasi teknik gerakan kompleks dapat memperbaiki implementasi dan efektifitas sistem muskuloskeletal. Urutan gerakan pada olahraga spesifik dapat dikombinasikan dengan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak memukul pada handball atau menembak bola pada sepakbola.
6.      Tahanan langsung
Hal ini melibatkan tahanan maximal untuk seluruh durasi gerakan, tahanan ini bergantung pada gerakan alamiah yang beragam.
7.      Kontraksi yang berulang
Kontraksi static dan dinamik terlibat secara bergantian. Strength (kekuatan) otot diperbaiki, khususnya pada area genggaman tahanan, ROM, dan endurance (daya tahan).

Teknik yang digunakan dalam metode PNF
1.      Rhythmical Initation
Teknik yang dipakai untuk agonis yang mengunakan gerakan-gerakan pasif, aktif, dan dengan tahanan.
Caranya :
Terapis melakukan gerakan pasif, kemudian  pasien melakukangerakan aktif seperti gerakan pasif yang dilakukan terapis, gerakan selanjutnya diberikan tahanan, baik agonis maupun antagonis patron dapat dilakukan dalam waktu yang tidak sama.
            Indikasi :
Problem permulaan  gerak yang sakit karena rigiditas, spasme yang berat atau ataxia, ritme gerak yang lambat dan keterbatasan mobilisasi.
2.      Repeated Contraction
Suatu teknik dimana gerakan isotonic untuk otot-otot agonis, yang setelah sebagian gerakan dilakukan restretch kontraksi.
Caranya :
Pasien bergerak pada arah diagonal, pada waktu gerakan dimana kekuatan mulai turun, terapis memberikan restreth, pasien memberikan reaksi terhadap restretch dengan mempertinggi kontraksi, terapis memberikan tahanan pada reaksi kontraksi yang meninggi. Kontraksi otot tidak pernah berhenti, dalam satu gerakan diagonal restreth diberikan maximal empat kali.
3.      Stretch Reflex
Untuk gerakan yang mempunyai efek fasilitasi terhadap otot-otot yang terulur.
Caranya :
Panjangkan posisi badan (ini hanya dapat dicapai dalam bentuk patron), tarik pelan-pelan kemudian tarik dengan cepat (tiga arah gerak) dan bangunkan stretch reflex, kemudian langsung berikan tahanan setelah terjadi stretch reflex, gerakan selanjutnya diteruskan dengan tahan yang optimal, berdasarkan aba-aba pada waktu yang tepat.
4.      Combination of Isotonics
Kombinasi kontraksi dari gerak isotonic antara konsentris dan eksentris dari agonis patron (tanpa kontraksi berhenti) dengan pelan-pelan.
5.      Timing for Emphasis
Bentuk gerakan dimana bagian yang lemah dari gerakan  mendapat ekstra stimulasi bagian yang kuat.
Caranya :
Pada suatu patron gerak, bagian yang kuat ditahan di bagian yang lemah dibiarkan bergerak.
6.      Hold Relax
Suatu teknik dimana kontraksi isometric memepengaruhi otot antagonis yang mengalami pemendekan, yang diikuti dengan hilang atau  kurangnya ketegangan dari otot-otot tersebut.
Caranya :
a.       Gerakan dalam patron pasif atau aktif dari group agonis sampai pada batas gerakn atau sampai timbul rasa sakit.
b.      Teraois memberikan penambahan tahanan pelan-pelan pada antaggonis patron, pasien harus menahan tanpa membuat gerakan. Aba-aba =’tahan disini !”.
c.       Relaks sejenak pada patron antagonis, tunggu sampai tombul reaksi pada group agonis, gerak pasif atau aktif pada agonis patron, ulangi prosedur diatas, penambahan patron agonis, berarti menambah LGS.
7.      Cantract Relax
Suatu teknik dimana kontraksi isotonic secara optimal pada otot-otot antagonis yang mengalami pemendekan.
Caranya :
a.       Gerakan pasif atau aktif pada patron gerak agonis sampai batas gerak.
b.      Pasien diminta mengkontraksikan secara isotonic dari otot-otot antagonis yang mengalami pemendekan. Aba-aba =’tarik ! atau “dorong ! ‘
c.       Tambah lingkup gerak sendi pada tiga arah gerakan, tetap diam dekat posisi batas gerakan, tetap diam dekat posisi batas gerakan, pasien diminta untuk relaks pada antagonis patron sampai betul-betul timbul relaksasi tersebut, gerak patron agonis secara pasif atau aktif, ulangi prosedur diatas, dengan perbesar gerak patron agonis dengan menambah LGS.
8.      Slow Reversal
Teknik dimana kontraksi isotonic dilakukan bergantian antara agonis dan antagonis tanpa terjadi pengendoran otot.
Caranya :
a.       Gerakan dimulai dari yang mempunyai gerak patron yang kuat.
b.      Gerakan berganti kearah patron gerak yang lemah tanpa pengendoran otot.
c.       Sewaktu berganti kearah patron gerakan yang tahanan kuat atau luas gerak sendi bertambah.
d.      Teknik ini berhenti pada patron gerak yang lebih lemah.
e.       Aba-aba disini sangat penting untuk meperjelas kearah mana pasien harus bergerak. Aba-aba “ dan . …..tarik ! “atau “dan dorong !”.
f.       Teknik ini dapat dilakukan dengan cepat.

Tidak semua teknik PNF dapat diterapkan pada penderita stroke. Teknik-teknik yang dapat digunakan adalah rhythmical initation, timing for emphasis, contraks relax dan slow reversal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar